5 Risiko yang Harus Dihadapi Astronot

Halo sahabat Bicara, pertanyaan seputar Astronomi seperti apa saja yang masih mengganjal di benakmu? Luar angkasa memang penuh misteri. Sebagai orang yang senang menjelajah ke sana seperti astronot, terdapat sejumlah risiko yang harus mereka hadapi.

Maka tak heran seleksi menjadi astronot dan peneliti luar angkasa sangat berat. Mereka harus siap dari segi fisik dan mental. Sebab seleksi dan latihan calon astronot sangat berat. Belum lagi mereka harus menghadapi risiko ketika di luar angkasa nanti. 

Nah sebenarnya seorang astronot akan menghadapi risiko apa saja? Sobat Bicara akan menemukan jawabannya pada informasi berikut. 

Misi Astronot Selalu Berat 

Badan luar angkasa, NASA selalu mempunyai misi besar ke luar angkasa setiap tahunnya. Rancangan misi-misi tersebut sudah sejak beberapa bulan bahkan tahun, sebelum peluncuran penerbangannya.

Para astronot pun harus menyiapkan diri sedemikian rupa agar mampu meminimalisasi risiko yang mungkin terjadi. 

Salah satu misi yang cukup berat adalah misi Astronot Scott Kelly. NASA menugaskan astronot ini untuk menetap di ISS atau Stasiun Luar Angkasa Internasional. Jangka waktunya pun terbilang lama yakni satu tahun. 

Kegagalan Teknis 

Seperti informasi pada bagian sebelumnya, untuk melakukan perjalanan ke luar angkasa butuh perencanaan yang sangat matang. Bahkan sebelumnya badan luar angkasa terkait wajib melakukan uji coba terlebih dahulu.

Namun, perencanaan ini tidak hanya bergantung pada instansi kerja seorang astronot saja. Melainkan astronot juga butuh untuk menyiapkan diri secara mandiri.

Time Dilation, Cara Memperlambat Waktu Secara Ilmiah

Cukup banyak kasus astronot yang mengalami kegagalan dalam hal teknis. Hal ini bisa disebabkan oleh karena kondisi luar angkasa yang berbeda dan tak dapat diprediksi.

Meskipun telah melakukan uji coba, kegagalan teknik saat hari H penerbangan menjadi risiko utama dalam misi astronot tersebut. Kondisi seperti ini dapat bertambah parah ketika hubungan komunikasi terputus.

Sebab, komunikasi ini yang membantu proses koordinasi antar astronot. Namun, misalkan terjadinya kegagalan mesin, astronot telah mempunyai kemampuan untuk mengatasi hal ini. 

Namun tetap saja. Perjalanan ke luar angkasa yang biasanya memakan waktu hingga berbulan-bulan sampai bertahun-tahun memerlukan kesiapan yang sangat matang.

Jika gagal secara teknis, setidaknya astronot masih dapat bertahan hidup dengan bekal makanan dan obat-obatan sebelum pertolongan datang. 

Kerusakan Tulang Bisa Menjadi Risiko yang Harus Dihadapi Astronot 

Selain bisa mengalami kerusakan secara teknis, risiko langsung yang astronot adalah kerusakan tulang.

Melansir dari sumber informasi menyebutkan bahwa menurut para peneliti Amerika Serikat, para astronot yang menjalankan misi ke luar angkasa mengalami pelemahan otot.  

5 Risiko yang Harus Dihadapi Astronot

Mereka bisa saja mengalami kelainan tulang belakang dan peningkatan sakit punggung. Semakin lama misi yang mereka jalankan, semakin besar risiko kerusakan tulang ini muncul.

Sekedar informasi, hampir seluruh kru luar angkasa mengalami risiko ini ketika menjalankan misi. 

Di samping itu, adanya risiko ini menyebabkan para astronot mendapat tambahan tinggi sekitar empat sentimeter. Faktor pemicunya yakni karena adanya perubahan tulang belakang akibat mikrogravitasi. 

Pemeriksaan ini merupakan pemeriksaan wajib sebelum misi, setelah misi, dan dalam waktu dua bulan setelahnya. Dalam jangka panjang, risiko ini bisa berakibat antara dua hal, yaitu pembengkakan cakram tulang atau dapat membaik. 

Adapun cara pemulihan kerusakan tulang akibat mikrogravitasi bisa dengan program penguatan inti ataupun yoga. Selama mengikuti program dari instansi, kemungkinan tulang belakang kembali normal akan lebih besar. 

Kekebalan Tubuh Astronot Menurun

Seperti yang kita ketahui, ketahanan atau kekebalan tubuh sangat penting sebagai tameng yang melindungi tubuh kita dari berbagai penyakit. Jika kekebalan tubuh menurun, tubuh kita lebih rentan terkena penyakit. 

5 Risiko yang Harus Dihadapi Astronot

Namun sayangnya inilah risiko yang harus dihadapi astronot. Berhadapan dengan atmosfer luar angkasa menjadikan sistem imun tubuh menurun. Beriringan dengan hal itu, tingkat hormon stress meningkat.

Kondisi ini terjadi secara alami setelah mereka melakukan perjalanan jangka panjang. Untuk meminimalisasi hal ini, NASA menciptakan teknologi yang berguna untuk memantau kualitas udara.

Pengamatan teknologi ini terekam dari stasiun luar angkasa (ISS). Mereka tetap memastikan bagaimana udara tidak tekontaminasi gas berbahaya yang berpotensi semakin menurunkan kekebalan tubuh astronot. 

Selain Imunitas Menurun, Depresi Juga Menjadi Risiko yang Harus Dihadapi Astronot

Melansir dari informasi NASA, astronot serta kru luar angkasa yang menjalankan misi panjang berisiko mengalami depresi. Awalnya mereka sering mengalami perubahan suasana hati dan cara berperilaku. 

Apalagi karena mereka terus menerus berada dalam pesawat, tekanan mental yang semakin besar akhirnya mereka alami. Ruang pesawat yang kecil semakin memicu cepat berubahnya mood mereka. 

Selain itu, para astronot jelas mengalami kelelahan. Kondisi tahapan misi yang monoton sangat mungkin memicu kebosanan. Di samping itu, radiasi matahari terbit menyebabkan mereka yang kelelahan ini susah tidur. 

Alhasil, para astronot selalu mambawa pil untuk membantu tidur mereka. Nah setelah kembali ke Bumi, mereka pun harus melawan depresi, insomnia, dan kecanduan yang telah menjangkit sepanjang berada di luar angkasa. 

Risiko yang Harus Dihadapi Astronot Berupa Paparan Radiasi yang 1000 Kali Lebih Besar daripada Bumi 

Risiko yang Harus Dihadapi Astronot Berupa Paparan Radiasi yang 1000 Kali Lebih Besar daripada Bumi

Kondisi di Bumi tidak sama dengan kondisi luar angkasa. Sebab, Bumi memang menjadi tempat terbaik bagi kehidupan manusia. Artinya, luar angkasa memiliki potensi berbahaya yang jauh lebih besar daripada Bumi.  

Setiap menempuh perjalanan ke luar angkasa, risiko yang harus dihadapi astronot yakni paparan radiasi yang 1000 kali lebih besar daripada Bumi. Risiko ini pun mendatangkan risiko lain yang lebih besar, seperti mengalami kanker. 

Selain itu, paparan radiasi di luar angkasa juga dapat merusak sistem saraf pusaf. Parahnya efek ini menjadi efek akut sehingga harus siap menerima konsekuensi di kemudian hari.

Dampak nyatanya fungsi motorik berkurang, fungsi kognitif menurun, dan perubahan perilaku. 

Meskipun risiko ini sudah pasti didapatkan astronot, pihak NASA selalu meminimalisasi penerbangan ketika sedang terjadi badai radiasi matahari. Kondisi seperti ini lebih parah daripada kondisi radiasi biasanya. 

Kesimpulan

Menjelajahi luar angkasa tandanya siap dengan segala risiko yang ada. Sebab meskipun telah diteliti, informasi kemungkinan ancaman luar angkasa masih minim. Hal terbaik adalah tetap mempersiapkan penerbangan dengan matang. 

Adapun risiko yang harus dihadapi astronot di antaranya kegagalan teknis, kerusakan tulang, menurunnya kekebalan tubuh, dan depresi. Selain itu, paparan radiasi nampaknya sudah menjadi hal wajib yang menjadi risiko astronot. 

Tertarik menjadi astronot? Jangan lupa pertimbangkan segala kemungkinan dan risiko yang harus kamu hadapi. 

Sumber : 

  • Astronot Berisiko Sakit Punggung & Kelainan Tulang Belakang – Lifestyle 
  • Depresi dan Risiko Kanker Tinggi, Masalah Astronot Sepulang dari Luar Angkasa – Liputan6 
  • Jika Astronaut Diterbangkan ke Mars, Apa Sih Risikonya? – Mata Indonesia