5 Tanda Kepunahan Massal Keenam - salah satunya perubahan iklim

Halo, bertemu lagi di Bicara Indonesia. Kali ini kita akan membahas 5 tanda kepunahan massal keenam. Sudah tahu kan apa itu kepunahan massal? Kepunahan massal adalah suatu fenomena yang menyebabkan setidaknya 75% kehidupan di muka Bumi ini punah. Kira-kira, apakah sekarang ini kita sedang mengalaminya?

Pertama, Meningkatnya Kepunahan Berbagai Spesies

Harimau terancam punah 5 Tanda Kepunahan Massal Keenam

Kepunahan merupakan hal yang normal terjadi di Bumi. Beberapa peneliti mempelajari tingkat kepunahan yang sebanding dengan jumlah normal makhluk yang akan punah dalam periode tertentu. Pada 500 tahun terakhir, kepunahan massal yang dialami berbagai spesies meningkat dengan angka yang besar atau di atas normal.

Rata-rata umur spesies adalah saju juta tahun. Biasanya berkisar antara 0,1 sampai 2,0 kepunahan per juta spesies/tahun. Jika kepunahan adalah hal yang normal, maka saat ini beberapa spesies mengalami krisis disebabkan eksploitasi oleh manusia. Eksploitasi dapat dikarena perburuan dan polusi yang diciptakan dalam jumlah besar. Polusi tersebut merusak berbagai ekosistem darat maupun laut.

Beberapa mungkin dapat bertahan karena mampu beradaptasi. Namun, belum tentu yang lainnya dapat beradaptasi dengan mudah. Seleksi alam yang tidak “alami” akibat polusi terdengar sangat kejam. Inilah yang kemudian membedakan Kepunahan Massal Keenam dengan lima kepunahan massal sebelumnya. Terdapat campur tangan aktivitas manusia.

Kepunahan per hari ini yakni 10.000 kali lebih tinggi dibanding kepunahan alami suatu spesies. Misalnya, Bumi kehilangan sekitar 60% vertebrata sejak tahun 1970. Lalu dala Daftar Merah Spesies Terancam Punah dari International Union for Conversation, sebesar 32 % semua spesies yang ada di ekosistem berkurang dalam jangkaunnya.

Australia memiliki catatan kepunahan yang buruk. Lebih dari 50 ribu tahun yang lalu saat manusa datang, saat ini ada 100 spesies vertebrata, 300 hewan, dan 1.000 spesies tanaman yang terancam punah.

Meski para ahli memperdebatkan luasnya tingkat kepunahan saat ini, banyak perkiraan di masa mendatang, kepunahan keanekaragaman hayati lebih cepat dari sebelumnya. Kondisi ini menunjukkan bahwa kepunahan massal keenam bisa terjadi secara perlahan.

Kedua, Perubahan Iklim Akibat Pemanasan Global

pemanasan global 5 Tanda Kepunahan Massal Keenam

Perubahan iklim memiliki dampak yang sangat signifikan terhadap ekosistem kehidupan di muka Bumi. Perubahan iklim yang ekstrem menimbulkan bencana besar non geologis yang memengaruhi berbagai lini kehidupan. Perubahan iklim yang ekstrem juga diketahui sebagai dampak luas dari pemanasan global.

Pemanasan global disebabkan oleh emisi karbon dioksida, CFC, juga berbagai bahan kimia lainnya. Emisi tersebut dihasilkan secara masih oleh aktivitas manusia. Seperti pabrik dengan cerobong pembuangan emisi yang tidak mematuhi standar AMDAL. Juga, dari penggunaan kendaraan pribadi berbahan bakar fosil yang terjadi terus menerus.

Di Amerika Serikat, mereka menerbitkan laporan pada 2009 yang berjudul Dampak Perubahan Iklim Global di Amerika Serikat. Mereka mencatat bahwa peristiwa-peristiwa perubahan iklim menimbulkan intensitas bencana non geologis. Laporan tersebut diterbitkan oleh Program Penelitian Perubahan Global.

Di Australia mengalami dampak pemanasan global yang dapat diamati oleh seluruh dunia. Bahkan, pola dampak tersebut juga dirasakan oleh negara-negara yang berdekatan. Di Australia, suhu meningkat dalam 50 tahun terakhir. Contoh kasusnya adalah kebakaran hutan Australia yang sudah dimulai pertengahan tahun 2019 lalu.

Ketiga, Bencana Alam Datang Bertubi-tubi

banjir dapat disebabkan perubahan iklim 5 Tanda Kepunahan Massal Keenam

Bencana alam non geologis disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, peristiwa hujan deras meningkat. Intensitasnya sebesar 20% dan itu menimbulkan peningkatan curah hujan secara keseluruhan. Pada awal 2020 lalu, Indonesia mengalami banjir akibatn intensitas hujan yang sangat tinggi.

Kekeringan juga meningkat di daerah-daerah kering dan tropis. Suhu panasnya parah dan meluas sampai ke seluruh benua. Bahkan akibatnya, suhu tersebut menyebabkan pencairan salju di Kutub Selatan dan Utara. Namun, bencana tidak hanya disebabkan oleh pemanasan global saja.

Bencana nongeologis bukan satu-satunya bencana yang ada di Bumi. Terdapat bencana geologis, seperti Tsunami, gempa, gunung meletus, longsor, dan masih banyak yang lainnya. Bahkan bencana ada yang berasal dari atmosfer bumi. Namun, kita hanya membahas bencana nongeologis dan bencana geologis saja.

Bencana di Bumi juga erat kaitannya dengan lapisan-lapisan yang ada di Bumi. Bencana yang disebabkan dapat mengganggu kehidupan, baik karena faktor alam, nonalam, maupun faktor manusia. Bencana tentu merugikan kehidupan di Bumi; menimbulkan korban jiwa, kerusakan lingkungan skala besar, kerugian material, hingga menyangkut permasalahan psikologis.

Bencana alam nongeologis yang sering-sering terjadi saat ini pastinya karena adanya gejolak di dalam Bumi yang semakin tua. Bencana geologis yang disebabkan oleh alam tidak bisa dihindari. Misalnya, pada kepunahan massal sebelumnya, bencana geologis memiliki andil besar.

Keempat, Kadar Asam Air Laut Meningkat

tingkat keasaman laut meningkat 5 Tanda Kepunahan Massal Keenam

Saat ini, kadar asam laut Bumi meningkat. Akibatnya dapat membunuh terumbu karang dan kerang akan sulit hidup. Asam laut yang meningkat juga dialami saat Kepunahan Massal Keempat pada saat akhir Trias yang terjadi 200 juta tahun yang lalu. Kepunahan Trias memusnahkan 80 % spesies planet, terutama spesies laut.

Saat kadar asam terlalu tinggi, maka kalsium turun. Maka spesies yang bercangkang yang memiliki kapur nantinya tidak dapat berkembang. Mereka akan jauh lebih rentan mati akibat tidak dapat bertahan hidup oleh alam sekaligus oleh pemangsa.

Produksi Gas Rumah Kaca juga berdampak pada biota laut. Kurang lebih 30 % total karbon dioksida yang diproduksi manusia, diserap oleh seluruh penjuru lautan. Akibatnya, laut bertambah semakin asam. Tingkat keasaam saat ini diproyeksikan meningkat menjadi 7,8 pada 2100. Keasaman tersebut juga akan memengaruhi populasi global fitoplankton yang membentuk dasar rantai makanan spesies di laut.

Gas Rumah Kaca juga memicu efek rumah kaca yang besar dan menyebabkan peningkatan suhu laut. Suhu laut yang meningkat menimbulkan dampak besar bagi biota laut. Beberapa spesies akan bermigrasi besar-besaran dengan sebagian besar populasi bergerak ke arah kutub.

Keanekaragaman biota laut akan terganggu. Bahkan mengancam spesies endemik terancam punah. Sehingga kestabilan lautan akan terganggu. Laut tidak dapat dihuni oleh spesies laut yang bermacam-macam akibat peningkatan asam laut yang berdampak sangat buruk.

Kelima, Evolusi Virus

virus berevolusi dan mutasi dari inangnya

Virus selama ini berevolusi dan bermutasi. Virus dapat menyerang seluruh makhluk hidup yang ada di bumi dan menimbulkan dampak kematian. Sejarah mencatat virus-virus yang mematikan dampak memubuh ratusan juta manusia dan hewan yang terjangkit.

Pada 1918, dunia dihantam oleh Flu Spanyol. Penyakit tersebut dikenal dengan nama Influenza 1918 yang disebabkan oleh virus H1N1 yang berasal dari unggas. Flu Spanyil menyebar ke seluruh dunia dalam 1 tahun, yakni 1918 sampai 1919. Penyakit tersebut menginfeksi sekitar 500 juta orang, dengan angka kematian mencapai 50 juta.

Flu Spanyol bukan berasal dari Spanyol, melainkan dari Amerika Serikat pada musim semi 1918. Di Amerika, kasus kematian akibat Flu Spanyol sebesar 675 ribu orang. Selain Flu Spanyol, ada pula flu babi dan flu burung. Lalu, ada SARS dan MERS.

Penyakit SARS dan MERS diketahui menyerang saluran pernapasan. Kedunya merupaka virus yang hampir sama gejalanya. SARS terjadi pada 2002, kebanyakan korbannya berasal dari Hongkong dan Taiwan. Pasien SARS akan mengalami batuk kering, pneumonia, dan diare. MERS diketahui berasal dari Timur Tengah.

Kedua virus tersebut diketahui juga berasal dari virus Corona. Virus Corona juga bermutasi menjadi5 Tanda Kepunahan Massal Keenam Penyebaran COVID-19 jauh lebih cepat dan ganas dibandingkan virus SARS dan MERS. Virus ini akan menyerang pernapasan, sehingga menimbulkan sesak napas, batuk kering, bahkan gejalanya diawali dengan demam tinggi.

Mengapa virus?

Ada banyak kasus akibat mutasi virus. Virus tentu akan terus berkembang dan memunculkan berbagai virus baru. Tentu hal tersebut menjadi ancaman bagi kehidupan di Bumi. Virus bermutasi melalui sel inang, satu-satunya cara hanya itu.

Virus bereproduksi memalui sel inang dengan menempelkan permukannya ke membran sel. Setelahnya, ia akan menyuntukkan bahan genetiknya ke dalam sel. Materi genetik ini akan membuat banyak virus dan menyebar ke bagian lain.

Ada sekitar 80% penyakit menular manusia bersumber dari hewan. Lalu, hewan juyga menyumbang 75% penyakit baru yang disebabkan oleh mikroba. Penyakit menular dari hewan ke manusia atau dikenal dengan zoonosis disebabkan oleh beberapa faktor.

Salah duanya adalah perubahan lingkungan dan frekuensi interaksi hewan dengan manusia. Jika terganggu maka akan menimbulkan masalah, meski hanya satu faktor saja. Saat ini belum ada penelitian yang menyebutkan virus merupakan penyebab kepunahan massal sebelumnya.

Kesimpulan

Artikel di atas merupakan 5 tanda kepunahan massal keenam. Tanda-tanda tersebut tentu saling berkaitan satu sama lainnya. Selain itu, dari 5 tanda kepunahan massal keenam tersebut ada beberapa yang bisa kita perlambat lajunya. Misalnya, pemanasan global yang menimbulkan bencana non geologis, naiknya asam air laut akibat pemansan global, dan punahnya spesies hewan akibat tangan manusia.

Sumber :

  • Climate change may be escalating so fast it could be ‘game over’, scientists warn – The Independent.
  • Climate change is currently triggering the sixth mass extinction – The Next Web.
  • How To Understand Natural Disasters In A Climate Change Age – Fifth Thirty Eight.
  • Air Laut Dunia Bertambah Asam dan Hangat, Apa Dampaknya Terhadap Biota? – Mongabay.
  • Mass Extinctions, Ancient Viruses May Hold Clues to Life’s Origins – Phys.
  • FAQ: How viruses mutate – CBC.
  • Ancaman Mutasi Virus dan Kemunculan Virus Purba – Tirto.
  • Apakah cuaca ekstrim disebabkan oleh pemanasan global? – Skeptical Science.

(Diakses 14 April 2020)