Kebun Binatang Jaman Belanda

Kebun Binatang Jaman Belanda – Kebun binatang di tanah air saat ini sudah begitu banyak. Lokasinya bertebaran di seluruh penjuru negara kita. Suatu hal harus di lestarikan demi anak cucu kita nanti.

Dari sekian banyaknya kebun binatang, ada beberapa yang ternyata warisan dari jaman saat Indonesia di jajah Belanda. Di mana saja tempatnya itu ? Bagaimana kondisinya saat ini ?

Dalam artikel ini akan di jelaskan nama, tempat dan kondisi kebun binatang tersebut. Tetapi sebelumnya akan di jelaskan pula pengertian dan klasifikasi kebun binatang.

Turis melihat Gajah

Kebun Binatang Bagian Dari Pelestarian Alam

Sesuai dengan Peraturan Menteri Kehutanan No. P.53/Menhut-II/2006 tentang Lembaga Konservasi, kebun binatang dan tempat-tempat sejenisnya telah di tentukan sebagai berikut ;

Apa Sih Kebun Binatang Itu ?

Kebun binatang adalah tempat yang fungsi utamanya sebagai lembaga konservasi. Dimana di dalamnya di lakukan upaya perawatan dan pengembangbiakan satwa satwa.

Hal ini di lakukan dengan memerhatikan kesejahteraan satwa dalam rangka membentuk dan mengembangkan habitat baru.

Kebun binatang sangat di perlukan dalam suatu negara karena manfaatnya akan menunjang kemajuan negara. Manfaat kebun binatang tersebut adalah sebagai :

  • Sarana perlindungan dan pelestarian jenis hewan melalui kegiatan penyelamatan yang di lakukan di dalamnya.
  • Fasilitas rehabilitasi dan reintroduksi alam.
  • Media pendidikan, penelitian, pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
  • Wahana rekreasi yang sehat.

Perbedaan Dengan Tempat Pelestarian Binatang Lainnya

Kebun binatang di negara kita haruslah di bawah pengawasan dan pemantauan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA). Lembaga ini adalah kepanjangan tangan dari Kementrian Kehutanan Republik Indonesia.

Sesuai dengan perundang-undangan, tempat-tempat untuk mengkonservasi hewani ini ada beberapa klasifikasinya. Sehingga dari klasifikasi ini tentu ada perbedaan nama dan kriterianya.

Kebun Binatang
  • Kebun Binatang. Upaya perawatan dan pengembangbiakan yang di lakukan terhadap berbagai macam jenis hewan. Penempatannya pun berdasarkan etika dan kaidah kesejahteraan satwa. Memiliki sedikitnya tiga kelas koleksi satwa, baik yang di lindungi maupun tidak. Lahan yang di pakai minimal 50 hektar.
  • Taman Safari. Tempat ini merupakan kebun binatang yang kondisi alamnya di buat mendekati habitat asli para satwa. Memiliki sedikitnya dua kelas koleksi satwa, baik yang di lindungi maupun tidak. Lahan yang di pakai minimal 100 hektar.
  • Taman Satwa. Perawatan dan pengembangbiakan yang di lakukan hanya terhadap beberapa jenis hewan saja. Memiliki sedikitnya satu kelas koleksi satwa, baik yang di lindungi maupun tidak. Lahan yang di pakai minimal satu hektar.

Kebun Binatang Jaman Belanda

Di Indonesia, tercatat ada enam kebun binatang dan sejenisnya yang didirikan atau di buat pada masa Pemerintahan Hindia Belanda. Keenam tempat ini lah cikal bakal dari konservasi binatang di Indonesia.

Keenam kebun binatang jaman Belanda dan sejenisnya itu adalah sebagaimana uraian yang diurutkan berdasarkan tahun pendiriannya di bawah ini.

1. Taman Margasatwa Ragunan – Jakarta

Kebun binatang ini di dirikan pada tanggal 19 September 1864. Lokasinya saat itu di Jl. Cikini Raya, Batavia (kini Jakarta).

Nama tempat ini adalah Planten en Dierentuin. Awalnya kebun binatang ini hanyalah untuk tempat peragaan hewan-hewan yang di pertontonkan ke masyarakat.

Kebun Binatang Ragunan
Kebun Binatang Cikini Tahun 1864

Kebun binatang ini menempati lahan seluas 10 hektar, sebagai hibah dari Raden Saleh seorang pelukis kenamaan Indonesia. Pada tahun 1949 nama tempat ini di ubah menjadi Kebun Binatang Cikini.

Oleh karena perkembangan Jakarta yang pesat, tempat satwa ini pindah ke lahan yang lebih luas di daerah Pasar Minggu. Maka pada tahun 1964, dengan membawa 450 ekor satwa, Kebun Binatang Cikini di pindahkan ke Ragunan dan menempati lahan baru seluas 30 hektar.

Untuk menyesuaikan nama maka pada tanggal 22 Juni 1966 Kebun Binatang Cikini dirubah oleh Gubernur Ali Sadikin menjadi Taman Margasatwa Ragunan.

Kebun Binatang Ragunan
Kebun Binatang Ragunan

Saat ini Taman Margasatwa Ragunan menempati lahan seluas 147 hektar dengan jumlah penghuni 2.009 ekor satwa dari 296 spesies dan 4.040 spesimen (data tahun 2018).

2. Taman Satwa Taru Jurug – Surakarta

Pada tahun 1878, Sri Susuhunan Paku Buwono X sebagai Raja Surakarta membangun kebun binatang yang di beri nama Kebun Binatang Sriwedari. Masyarakat sekitar biasa menyebut dengan Kebon Rojo.

Setelah meninggalnya Paku Buwono X pada tahun 1939, jumlah satwa di dalamnya mengalami penurunan. Dari tahun ke tahun semakin menurun jumlahnya dan kondisinya semakin memprihatinkan.

Kebun Binatang Surakarta
Taman Satwa Taru Jurug – Surakarta

Melihat hal itu maka pada tahun 1972 memindahkan lokasi kebun binatang ini ke lahan baru yang lebih luas yaitu seluas 14 hektar.

Pemindahan ini sekaligus menandai perubahan nama menjadi Taman Satwa Taru Jurug. Saat ini penghuni taman satwa ini mencapai 77 jenis atau 404 ekor satwa.

3. Kebun Binatang Surabaya

Tanggal 31 Agustus 1916 adalah tanggal berdirinya Soerabaiasche Planten-en Dierentuin (Kebun Botani dan Binatang Surabaya). Di bangunnya kebun binatang ini atas usaha H.F.K. Kommer, seorang jurnalis yang hobi mengumpulkan satwa.

Kebun Binatang Surabaya
Kebun Binatang Surabaya Tahun 1917

Awal pendiriannya berlokasi di Kaliondo, kemudian tahun 1917 pindah lokasi ke Jalan Groedo. Setahun kemudian mulai dibuka untuk umum sehingga mulai di berlakukan tiket masuk.

Kemudian tahun 1920 kebun binatang ini berpindah lokasi lagi ke daerah Darmo dengan lahan yang lebih luas, yaitu tiga hektar. Perluasan lahan ini terus di lakukan hingga mencapai 15 hektar pada tahun 1940.

Perluasan ini atas sumbangsih Oost-Java Stoomtram Maatschapij atau Maskapai Kereta Api, dan sampai saat ini tidak ada perluasan lagi. Pada tahun 1970 Kebun Binatang Surabaya pernah dinobatkan sebagai kebun binatang dengan koleksi terlengkap se-Asia Tenggara.

Kebun Binatang Surabaya
Kebun Binatang Surabaya

Bahkan pada tahun 1973 di Kebun Binatang Surabaya (KBS) di bangun Nocturama (tempat satwa malam) yang pertama kali ada di Asia. Saat ini KBS memiliki koleksi 211 spesies satwa yang terdiri dari 2.236 ekor satwa.

4. Taman Margasatwa dan Budaya Kinantan – Bukittinggi

Kebun binatang ini awalnya hanya sebuah kebun bunga (Strom Park), yang didirikan Belanda pada tahun 1900-an. Di rancang oleh  Asisten Residen Agam bernama Storm Gravenande, kebun ini hanya berisi tanaman saja.

Pada 3 Juli 1929, Strom Park di rubah fungsinya menjadi kebun binatang oleh Dr. J. Hock. Perubahan ini juga merubah nama tempat menjadi Fort De Kocksche Dieren Park atau Kebun Binatang Bukittinggi.

Kebun Binatang Kinantan

Beberapa tahun kemudian berubah lagi namanya menjadi Taman Puti Bungsu. Baru pada tahun 1995 berubah nama seperti sekarang, yaitu Taman Marga Satwa dan Budaya Kinantan. Luas lahan Taman Marga Satwa ini mencapai 7,2 hektar.

5. Kebun Binatang Bandung

Atas dipelopori oleh Direktur Bank Dennis, Hoogland pada tahun 1930 didirikanlah Bandung Zoological Park (BZP). Lokasinya bersebelahan dengan Institut Teknologi Bandung. Pengelolaannya semakin tidak di perhatikan setelah masuknya Jepang untuk menjajah Indonesia.

Kebun Binatang Bandung
Kebun Binatang Bandung

Baru pada tahun 1957, atas inisiatif Raden Ema Bratakusumah seorang budayawan, didirikanlah Yayasan Marga Satwa Tamansari. Yayasan inilah yang kemudian mengelolanya untuk tujuan perbaikan pengelolaan.

Lahan yang di pakai seluas 13,5 hektare. Tercatat ada 2180 spesies satwa yang terdiri dari 1.600 ekor satwa mendiami kebun binatang ini (data 2009).     

6. Kebun Binatang Pematang Siantar – Sumatera Utara

Adalah seorang pecinta satwa dari Belanda bernama Dr. Coonrad yang mengawali pendirian Taman Zoologi dan Botani pada 27 Nopember 1936. Dia adalah ilmuwan Belanda di bidang zoologi. Taman ini berdiri di atas lahan seluas 4,5 hektar.

Taman Hewan Pematangsiantar
Taman Hewan Pematangsiantar (THPS)

Setelah beberapa kali harus berganti pengelola, maka pada tahun 1996 pengelolaannya di serahkan kepada pihak swasta. Sejak di kelola swasta, kebun binatang ini berubah nama menjadi Taman Hewan Pematangsiantar (THPS).

Tahun 2012 tercatat ada 183 spesies satwa yang terdiri dari 715 ekor satwa menghuni kebun binatang ini.

Kesimpulan

Keberadaan kebun binatang dan sejenisnya tidak hanya sebagai tempat penampungan satwa saja. Ada nilai sejarah, budaya dan pelestarian dan keseimbangan alam di dalamnya. Di akhir era 1800-an sudah di rintis upaya tersebut.

Berbagai dinamika mempertahankan fungsi kebun binatang jaman Belanda harus di hadapi oleh pengelola dan pemerintah yang berkuasa. Setelah kemerdekaan Republik Indonesia, hingga saat ini sudah ada sekitar 25 kebun binatang dan sejenisnya ada di Indonesia.

Jumlah tersebut termasuk enam kebun binatang peninggalan era Pemerintahan Hindia Belanda yang masih tetap beroperasi. Namun tidak termasuk tempat-tempat penangkaran satwa yang tersebar di seluruh negeri ini.

Sebagai generasi penerus, sudah menjadi kewajiban kita untuk selalu melestarikan satwa dan alamnya. Simak terus artikel-artikel menarik lainnya di Bicara Indonesia, yang mengupas keberagaman bangsa Indonesia. –anp–

Sumber :

  • Kebun binatang di Indonesia – Wikipedia
  • Daftar kebun binatang – Wikipedia
  • Permenhut No. 53 Tahun 2006, tentang Lembaga Konservasi