Menelusuri Jejak Unit 731 Jepang

Kebanyakan orang mengenal Jepang sebagai negeri bunga sakura ataupun negara matahari terbit. Namun siapa sangka ternyata Jepang memiliki sejarah laboratorium pengembangan senjata biologi yang keji pada masa perang dunia ke-1. Dan lebih kejamnya lagi manusia atau tawanan Jepang menjadi kelinci percobaan dari pengembangan senjata biologi ini lho. Mereka menyebutnya Unit 731, pada masa itu sering disebut unit penjernihan air.

Apa itu Unit 731?

Unit 731 merupakan sebuah unit rahasia Jepang yang bergerak dalam pengembangan senjata biologis pada tahun 1937 hingga 1945. Unit ini dipimpin oleh Jenderal Ishii Shiro dengan kantor pusat yang berada di kota Harbin. Komplek laboratorium Unit 731 terdiri dari 150 gedung. Unit ini mempekerjakan sekitar 3.000 ilmuwan dan teknisi.

Eksperimen pembuatan senjata biologi yang dilakukan oleh Unit 731 dilakukan dengan cara menginfeksi tawanan perang dengan penyakit penyakit seperti kolera, antraks, pes, wabah demam berdarah, bahkan hingga penyakit menular seksual. Jika pada umumnya kita bisa menemukan eksperimen pembedahan makhluk hidup menggunakan objek hewan, berbeda dengan juru bedah yang ada di Unit 731.

Mereka melakukan percobaan eksperimen dengan menggunakan objek manusia. Kebanyakan korban percobaan mereka adalah tahanan dari Tiongkok dan Rusia.

Tak hanya uji senjata biologi, para tahanan juga dimanfaatkan untuk uji senjata seperti granat, semburan api atau bahan peledak lain. Sekitar 1.000 orang manusia bisa dijadikan objek percobaan oleh unit 731 dalam waktu satu tahun. Percobaan eksperimen ini diperkirakan sudah merenggut 10.000 nyawa dalam prosesnya.

bangunan Jepang
Gedung Unit 731 (foto : Commons Wikimedia)

Sejarah Unit 731

Ketika Perang Dunia I berakhir pada tahun 1918, negara-negara yang semula terlibat perang dan berada di pihak yang kalah seperti Jepang dan Jerman merasa menjadi  korban yang paling dirugikan.

Kekalahan itu tentunya menyiratkan malu pada jati diri mereka dan

Rasa kekalahan tersebut tentunya membuat mereka malu dan menjadi salah satu penyebab munculnya ambisi untuk balas dendam. Seperti manusia pada umumnya, untuk melakukan balas dendam pastinya segala macam cara pun akan ditempuh. Walaupun cara itu bisa dibilang jauh dari nilai prikemanusiaan.

Jepang kemudian mengalami depresi ekonomi setelah berakhirnya Perang Dunia ke II. Cara yang bisa mereka lakukan demi bangkit dari keterpurukan itu aadalah dengan mengobarkan semangat Bushido atau Samurai kembali kepada masyarakat Jepang.

Hal ini hanya bisa diuji lewat peperangan mengharuskan Jepang melakukan ekspansi militer ke wilayah terdekatnya.

Hanya dengan cara itu perasaan inferior dan balas dendam  akibat kalah perang bisa diobati. Semangat balas dendam tersebutlah yang kemudian mengubah Jerman dan juga Jepang menjadi negara militeristik yang siap memangsa negara negara tetangga disekitarnya.

Namun ketika berjalannya Industri militer Jepang, ternyata Jepang mengalami banyak kesulitan. Karena faktanya, Jepang merupakan negara yang minim sumber daya alam dan saat itu perekonomiannya bergantung dari luar.

Selain sumber dayanya yang minim, personel militer Jepang juga bisa dibilang minim. Sehingga ia mengalami kesulitan mengontrol setiap wilayah yang ia jajah ketika melakukan ekspansi wilayah kekuasaan. Sehingga untuk dapat menguasai wilayah wilayah tersebut, militer Jepang haruslah melakukan kebrutalan dan disiplin.

Dengan tindakan brutal negara yang sedang dijajah diharapkan enggan melakukan perlawanan. Tapi aksi kebrutalan tersebut ternyata tidak cukup. Bukannya menaklukan wilayah, tapi ternyata aksi tersebut hanya memberikan efek jera sesaat pada masyarakat jajahannya.

Dari hal tersebutlah muncul pemikiran yang ekstrim dari beberapa tokoh militer Jepang. Pemikiran tersebut dianggap dapat memberikan efek jera dalam jangka panjang secara efektif, dan dinilai juga lebih hemat tenaga. Salah satu cara yang dilakukan adalah dengan menggunakan senjata pemusnah massal. Tentunya ini memang lebih dari sekedar brutal ya.

Selain itu, ada lagi beberapa cara cara ekstrim yang dilakukan oleh Jepang. Beberapa diantaranya merupakan eksperimen yang tidak manusiawi yang dinilai sangat sadis dan kejam. Apa saja?

Berikut eksperimen Unit 731 Jepang yang terkenal sadis & kejam :

Pembedahan Manusia

Menelusuri Jejak Unit 731 Jepang
Eksperimen Pembedahan Manusia (foto : Getty Images)

Salah satu eksperimen terbrutal yang dilakukan oleh jepang adalah melakukan pembedahan terhadap makhluk hidup.

Ketika jepang merasa korban sudah tidak berguna, mereka akan membunuhnya lalu kemudian korban tersebut akan dibedah dan dibakar sebelum kemudian tubuhnya ditempatkan di lubang pemakaman massal. Pembedahan ini biasanya dilakukan untuk melihat efek penyakit secara internal.

Pemotongan

Selain pembedahan, Para dokter Unit 731 ternyata juga menjadikan POW sekutu dan juga warga sipil Cina dan Rusia sebagai korban eksperimennya. Eksperimen yang mereka lakukan adalah untuk mempelajari potensi kelangsungan hidup prajurit di medan perang. Bukannya menggunakan tentara Jepang sebagai bahan eksperimen, ternyata mereka malah menggunakan korban jajahan.

Eskperimen itu dilakukan dengan mengamputasi anggota tubuh korban, dengan maksud mempelajari efek dari kehilangan darah. Dan tidak hanya memotong anggota tubuh saja, mereka ternyata menyambungan bagian bagian tersebut dengan tubuh korban lainnya.

Parahnya lagi saat proses amputasi, korban korban itu tidak dibius, hal ini dilakukan untuk menghindari nilai eksperimen secara negatif.

Menyuntikkan Penyakit

Unit 731 dibagi menjadi delapan divisi. Divisi pertama fokus pada penyakit yang disebarkan melalui bakteri, seperti kolera, anthrax, pes, tifoid dan tuberkulosis.

Cara mereka menginfeksi korban adalah dengan menyuntikan bakteri tersebut secara teratur. Jika sudah mereka akan mempelajari infeksi yang terjadi pada korban.

Penyakit Kelamin

Menelusuri Jejak Unit 731 Jepang
Eksperimen Seksual (foto : Getty Images)

Para peneliti mempelajari bagaimana sifilis akan mempengaruhi kesehatan bayi yang dihasilkan dan bagaimana hal itu akan membahayakan sistem reproduksi ibu.

Jika penyakit seperti tuberkulosis dan juga cacar sangat mudah diinfeksi dengan melakukan suntikan, berbeda dengan sifilis dan gonore. Metode penginfeksian yang dilakukan berbeda, yaitu dengan memaksa korban untuk berhubungan badan dengan ancaman tembakan. Tubuh korban yang berhasil terinfeksi akan diseleksi untuk dipeljari efeknya,

Pengujian Senjata

Selain pengujian penyakit, Unit 731 juga menggunakan manusia dalam Uji senjata di beberapa fasilitas militer milik mereka. Korban korban eksperimen tersebut akan diikat di batang kayu atau tiang, dan kemudian akan dihujan i dengan granat, bom wabah, atau bahkan dibakar dengan senjata penyembur api.

Senjata Biologis

Selain itu mereka juga membuat bom yang bisa membuat kutu yang terinfeksi menyebar. Kutu kutu tersebut diharapkan bisa menginfeksi wilayah yang lebih luas sehingga akan memakan banyak korban. Tentunya praktik ini telah memakan ribuan korban.

Akhir dari kekejaman Unit 731 ini pada tahun 1945, dimana seluruh gedung dan peralatan unit 731 dimusnahkan. Dan ketua unit Jenderal Ishii Shiro pergi untuk mencari bantuan kepada Amerika untuk meminta imun bagi staf unit 731 dan menukarnya dengan pengetahuan Jepang dalam pengembangan senjata kimia dan biologi.

Kesimpulan

Jadi bagaimana cukup mengerikan bukan, dunia medis yang harus menyembuhkan malah justru menakutkan. Untungnya eksperimen ini terjadi ketika perang dunia ke-1 dan semoga ekperimen mengerikan ini tidak terjadi lagi karena melanggar hak asasi manusia dan tentunya dunia medis.